KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa atas berkat dan kuasa-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal ini dengan judul Pemeriksaan Makroskopik
dan Mikroskopik daripada Simplisia Daun Nerium (Nerium oleander) yang
Terdapat di Jalan Bakti Luhur Medan, yang merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan Diploma Analis Farmasi dan Makanan (AKAFARMA) Sari
Mutiara Medan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa
penyajian Proposal ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi susunan maupun
bahasa dan isi yang terkandung didalamnya. Hal ini disebabkan keterbatasan
penulis dalam hal kemampuan. Oleh karena itu penulis harapkan saran dan kritik
dari pembaca yang bersifat membangun untuk kesempurnaan penulisan Proposal ini.
Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak
Drs. W. Purba, selaku ketua Yayasan Sari Mutiara Medan.
2. Ibu
Dra. Ganda M. Simorangkir, Apt, selaku Direktur AKAFARMA Sari Mutiara Medan.
3. Bapak
Dr. M.P. Nasution, MPS, Apt, selaku pembimbing yang telah banyak memberikan
arahan serta masukan dalam menulis Proposal ini.
4. Ibu
Dra. Fanny Lumban Tobing serta staff dan pegawai yang telah banyak membantu
penulis dalam menyelesaikan Proposal ini.
5. Bapak
dan Ibu dosen Akademi Analisa Makanan dan Minuman (AKAFARMA) Yayasan Sari
Mutiara Medan, yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menuntut ilmu
diperguruan ini.
6. Kedua
orang tua tercinta, Bapak H.Pangaribuan dan Ibu R.sianipar yang telah
memberikan dorongan , semangat, material, serta doa yang tulus kepada penulis
selama menyusun Proposal ini.
7. Abang,
Kakak dan adek saya yang tercinta yang
memberikan semangat dan doa terhadap
penulis.
8. Rekan-rekan
Mahasiswa/I AKAFARMA Sari Mutiara Medan, yang telah banyak memberikan bantuan
kepada penulis dalam menyelesaikan Proposal.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyusun Proposal
ini. Semoga Tuhan selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita.
Medan,
Desember 2012
Penulis
Lisnaida Pangaribuan
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Indonesia
merupakan salah satu penghasil tanaman obat yang potensial dengan keanekaragaman yang dimilikinya.
Keanekaragaman hayati Indonesia menempati urutan ketiga setelah Brazil dan
Zaire. Bila dilihat dari keanekaragaman floranya, cukup banyak jenis tumbuhan
yang dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Beragam jenis senyawa kimia yang
terkandung dalam tumbuhan akan berhubungan dengan khasiat dan manfaat yang
dimilikinya.
Upaya
pencarian tumbuhan berkhasiat obat telah lama dilakukan, baik untuk senyawa
baru maupun menambah keanekaragaman senyawa yang telah ada. Pencarian tersebut
dilakukan dengan berbagai pendekatan seperti cara Empiris, Etnobotani,
Etnofatmakologi. Hasil pencarian dan penelitian tersebut kemudian dilanjutkan
dengan upaya pengisolasian senyawa murni dan pembuatannya turunannya sebagai
bahan dasar obat modern atau pembuatan ekstrak untuk obat fitofarmaka.
Pemanfaatan
tumbuhan sebagai bahan berkhasiat obat merupakan warisan nenek moyang sejak dahulu kala. Tumbuhan obat
digunakan dalam waktu kurun waktu yang
cukup lama hampir di seluruh dunia. Di Indonesia obat tradisional yang berasal
dari tumbuhan berupa simplisia dan jamu yang dimanfaatkan sebagai obat untuk
menjaga kesehatan dan kecantikan.
Obat-obatan
yang berasal dari tumbuhan (fitomodren) dinyatakan berkhasiat baik apabila
mempunyai :
1. Mempunyai
bukti farmakologis
a. Mempunyai
bukti kemujaraban khasiat (effcacy)
b. Mempunyai
bukti keamanan dari sifat toksik (safety)
2. Adanya
informasi kandungan kimia yang mengandung khasiat farmakologisnya
3. Bahan
baku obatnya terstandart atau baku (standarized)
Standarisasi (pembakuan) bahan baku
diperlukan untuk pengawasan mutu bahan baku yang tidak standart misalnya dapat
mengandung zat kimia yang bervariasi, kadar abu yang berbeda-beda, kadar air
yang berbeda-beda, dan lain-lain. Sehingga efek farmakologis yang tidak
konsisten.
Oleh
karena itu penulis ingin meneliti bagaimana struktur dari tumbuhan berkhasiat
obat secara mikroskopik sebagai salah satu parameterpengujian mutu simplisia
yang harus dipenuhi. Dalam rangka pengawasan mutu tersebut pemeriksaan mikroskopik
berguna sebagai alat identifikasi untuk memastikan kebenaran keberadaan
simplisia yang terdapat dalam suatu sediian obat fitomedisin dan mencegah
terjadinya pemalsuan.
Dalam
hal ini penulis meneliti tumbuhan berkhasiat obat yaitu Nerium Oleander, karena
tumbuhan ini sering digunakan orang sebagai bahan obat.
1.2.
PERUMUSAN MASALAH
Dalam hal ini masalah yang timbul
adalah bagaimana pengawaan mutu
dilaksanakan, khususnya mengenai kebenaran simplisia melalui pemeriksaan
makroskopik dan mikroskopik.
.
1.3.
BATASAN MASALAH
Dari berbagai macam tumbuhan
berkhasiat obat yang diperiksa secara
makroskopis
dan mikroskopis pada penelitian ini dibatasi hanya satu tanaman sa ja yang diperiksa, yaitu nerium (Nerium oleander) dan yang diperiksa hanya
daunnya saja.
1.4.
TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan bertujuan
untuk:
1. Mengetahui
karakteristik simplisia daun tanaman nerium melalui pemeriksaan makroskopis.
2. Untuk
mengetahui ciri-ciri serbuk simplisia daun nerium (Nerium oleander) melalui pemeriksaan mikroskopis
1.5.
MANFAAT PENELITIAN
Hasil
penelitian ini diharapkan , dapat bermanfaat bagi masyarakat luas dan instansi
yang berwenang, dan bagi analis dapat menambah wawasan dan pengetahuan terhadap pekerjaan pemeriksaan daun tersebut,
sebagai sumber pengatahuan atau informasi tambahan tentang daun nerium oleander
yang diperiksa secara makroskopik dan
mikroskopik.
1.6. METODOLOGI PENELITIAN
1. Melakukan
peninjauan lapangan dan pengambilan sampel secara acak di sekitar jalan Bakti
Luhur Medan.
2. Melakukan
penelusuran pustaka tentang pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik di
perpustakaan Sari Mutiara Medan.
1.7.
LOKASI PENELITIAN
Penulis melakukan penelitian di Laboratorium Sari mutiara
Medan
secara makroskopis dan
mikroskopis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. TUMBUHAN
2.1.1. NERIUM
OLEANDER
Tumbuhan
yang diperiksa adalah Nerium Oleander, suatu semak belukar pohon yang selalu
hijau atau pohon kecil dalam keluaga Aphocynaceae. Bunga ini merupakan bunga
asli dari Afrika Utara, Asia bagian Utara dan Mediterania Timur. Tumbuhan jenis
renek ini biasanya ditanam sebagai pokok hiasan. Tingginya mencapai 3-7 meter .
Oleander
adalah salah satu jenis tanaman yang beracun dan dapat menyebabkan kematian
terutama pada anak kecil. Yang toksin adalah oleandrin dan neriine, berhubungan
dengan jantung glycosides (Goetz 1998). Keseluruhan yang mencakup getah putih
seperti susu adalah beracun.
Reaksinya
adalah sebagai berikut, proses pencernaan dapat menyebabkan gastrointestinal
dan berefek pada jantung. Gastrointestinal dapat menyebabkan kemuakan dan
muntah, kelebihan salivation, sakit abdominal, diare yang berisi darah, dan
terutama sakit perut . Reaksi yang berhubungan dengan jantung tidak beraturan.
Kadang-kadang denyut jantung cepat lalu melambat di bawah normal. Ekstrimitas
menjadi dingin dan pucat sehingga peredaan darah tidak teratur. Reaksi ini juga
mempengaruhi sistem saraf. Gejala ini meliputi keadaan mengantuk , gemetaran
atau goncangan otot , yang dapat mendorong kearah kematian. Getah bunga
Oleander dapat menyebabkan iritasi kulit, iritasi pada mata, dan reaksi alergi
yang dapat ditandai oleh infeksi kulit (Goetz 1998).
2.1.2. KLASIFIKASI
DAN TAKSONOMI
Kingdom : Plantae
Division :
Magnoliophyta
Class :
Magnoliopsida
Order :
Gentianales
Family :
Apocynaceae
Genus : Nerium L
Species : Nerium oleander
2.1.3.
HABITUS
DAN TEMPAT TUMBUH
Habitus
: perdu tegak
Nerium
Oleander tumbuh di alam liar di sekitar Mediterania, biasanya terdapat pada
sumber-sumber air, dan tempat yang lembap, biasanya dikembangbiakkan di
temperatur yang hangat dan pada
daerah-daerah subtropis, dimana biasanya tumbuh di taman, di kebun dan di
sepanjang jalan. Selain itu Nerium Oleander tidak tahan pada temperatur yang
sangat dingin dan Nerium Oleander bisa saja tumbuh pada tempat konsevatorium.
2.1.4.
NAMA LATIN DAN SINONIM
Nama
latin : Nerium Oleander
Nama
lain : Rose-bay, nerium indicum, nerium
odorum, Oleander, Laurier rose
2.1.5. NAMA INDONESIA DAN NAMA DAERAH
Nama Indonesia : Oleander
Nama Melayu : Anis, Padendang
2.1.6. MORFOLOGI
o Daun
Dun keras
dan tajam selebar 2 cm. Daun pokok ini tersusun dari pusaran tiga, apabila
termakan dapat menyebabkan kematian. Daunnya berpasangan, berwarna hijau gelap,
dengan panjang 5-21 cm dan lebar 1-3,5 cm dengan suatu keseluruhan garis tepi.
Bentuk daun ini panjangnya berkisar antara 4-10 (10,2-25,4 cm), tergantung pada
variasi dan berwarna hijau terang.
Daun
Pengaturan Daun : berlawan arah
Jenis
Daun : sederhana
Garis
tepi Daun : bertepi rata
Bentuk
Daun : seperti garis
Daun
Venation : berdaun muda pada tangkai
Warna
Daun : hijau musim gugur tidak merubah warna daun
o
Bunga
Bunga berwarna putih atau kelabu,
merah keunguan atau kuning kemerahan. Mempunyai diameter 2.5-5 cm. Bunga
berkembang dalam seikat ujung cabang masing-masing yang mengelilingi suatu
mahkota.
o
Buah
Buah berbentuk kapsul sempit dengan
panjang 5-23 cm yang merobek pada saat dewasa untuk melepaskan banyak benih
halus
Buah
Bentuk buah :
memanjang
Panjang buah : 3-6 inci
Kulit Buah : keras atau kering
Karakteristik Buah :
kasat mata tidak ada tanda khusus
o
Batang dan Cabang
Cabang : secara rutin tumbuh dengan
tegak lurus dan tidak ada layu; tidak terlalu terlihat pohon tumbuh dengan
batang tunggal; tidak berduri.
Kebutuhan pembabatan : membutuhkan
pembabatan agar struktur dapat berkembang
Kerusakan : peka terhadap kerusakan
bagian manapun di cabang pohon dalam kaitan dengan formasi kayu, atau
kemungkinan kayu itu sendiri telah lemah dan rusak.
Warna ranting : hijau
Ketebalan ranting : tebal
2.1.7.
KANDUNGAN SENYAWA KIMIA DAUN NERIUM
Triterpen, glikosida jantung, oleanderol,
asam kanerat, kanerin
2.1.8.
KHASIAT DAN KEGUNAAN
Getah
pohon Nerium oleander berkhasiat sebagai obat borok. Untuk obat borok dipakai
getah pohon Nerium Oleander secukupnya, dioleskan pada luka.
Daun
Oleander dapat digunakan sebagai obat jantung dalam dosis kecil, diuretika,
antiskabies, mengobati herpes, anti bakteri, anti jamur, ekspektoran.
2.2.
SIMPLISIA
2.2.1. PENGERTIAN
SIMPLISIA
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan
sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan
lain, berupa bahan yang telah dikeringkan
Bahan alamiah
1. Bahan
nabati, flora, tumbuhan.
2. Bahan
hewan, fauna.
3. Bahan
mineral.
1. Bahan nabati
Berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat
eksudat, isi sel yang secara spontan keluar dari
tanaman atau dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati
lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanaman.
Berikut nama-nama latin dari bagian tanaman yang digunakan dalam tatanama simplisia
Nama Latin
|
Bagian Tanaman
|
Semen
|
Biji
|
Radix
|
Akar
|
Rhizoma
|
Rimpang
|
Bulbus
|
Umbi lapis
|
Tubera
|
Ubi
|
Flos
|
Bunga
|
Fructus
|
Buah
|
Lignum
|
Kayu
|
Cortex
|
Kulit kayu
|
Caulis
|
Batang
|
Folia
|
Daun
|
Herba
|
Seluruh bagian tanaman
|
Amylum
|
Pati
|
Thallus
|
Bagian dari tanaman rendah
|
Daun
Daun merupakan bagian tubuh tumbuhan yang paling
banyak mengandung klorofil sehingga kegiatan fotosintesis paling banyak
berlangsung di daun.
Daun memiliki bentuk dan ukuran tertentu sehingga
dapat melakukan tugas penting, membuat makanan seefisien mungkin. Tumbuhan yang
tumbuh di tempat gelap dan teduh memiliki daun yang lebar agar dapat menangkap
sinar matahari sebanyak mungkin. Di daerah yang banyak hujan, daun sering
memiliki lapisan yang mengkilat dan tahan air. Beberapa daun memiliki duri
untuk melindungi diri, sementara daun lainnya tebal dan kuat untuk bertahan di
udara dingin.
1. Fungsi Daun
Secara umum fungsi daun sebagai berikut.
1) Membuat makanan melalui proses fotosintesis.
2) Sebagai tempat pengeluaran air melalui transpirasi dan gutasi.
3) Menyerap CO 2 dari udara.
4) Respirasi.
2. Struktur Jaringan Penyusun daun
Daun berbentuk pipih melebar dan berwarna hijau. Daun
ditopang oleh tangkai daun. Tangkai daun berhubungan dengan tulang daun. Tulang
daun bercabang-cabang membentuk jaring jaring pembuluh angkut. Struktur daun
dibedakan atas struktur luar dan struktur dalam.
a) Struktur Jaringan luar Daun
Secara morfologi daun terdiri dari:
– Helaian daun ( lamina ).
– Tangkai daun ( petiolus ), terdapat bagian yang
menempel pada batang disebut pangkal tangkai daun. Ada tumbuhan tertentu yang
daunnya tidak bertangkai daun, misalnya rumput.
– Pelepah daun ( folius ), pada tumbuhan monokotil
pangkal daun pipih dan lebar serta membungkus batangnya. Misalnya: pelepah daun
pisang dan pelepah daun talas.
Gambar 1. Struktur luar daun.
Daun yang memiliki ketiga bagian tersebut disebut daun sempurna, misalnya daun pisang dan daun talas. Daun yang tidak memiliki satu atau lebih bagian daun disebut daun tidak sempurna, misalnya daun mangga dan daun jambu.
Pada lembaran permukaaan daun terdapat tulang atau urat daun. Tipe tulang daun ada empat macam, yaitu:
– menyirip, misalnya pada daun mangga,
– menjari, misalnya pada daun pepaya,
– melengkung, misalnya pada daun gadung,
– sejajar, misalnya pada daun jagung,
Tumbuhan dikotil umumnya memiliki daun dengan susunan tulang daun menyirip dan menjari. Sedangkan tumbuhan monokotil memiliki daun dengan susunan tulang daun sejajar atau melengkung.
b) Struktur Jaringan dalam Daun
1) Epidermis Daun
Epidermis berupa satu lapis sel yang dindingnya
mengalami penebalan dari zat kutin (kutikula) atau kadang dari lignin. Pada
epidermis terdapat stomata (mulut daun) yang diapit oleh dua sel penutup.
Stomata ada yang terletak di permukaan atas saja, misalnya pada tumbuhan yang
daunnya terapung (pada daun teratai), ada yang di permukaan bawah saja, dan ada
pula yang terdapat di kedua permukaan daun (atas dan bawah). Tanaman Ficus
mempunyai epidermis yang tersusun atas dua lapis sel. Alat-alat tambahan yang
terdapat di antara epidemis daun, antara lain trikoma (rambut) dan sel kipas.
Bentuk epidermis dan stomata dapat Anda amati pada Gambar 2. dan 3.
Gambar 2. Epidermis dengan stomata
Gambar 3.
Penampang melintang stomata
Penampang melintang stomata
2) Mesofil Daun (Jaringan dasar)
Mesofil terdiri dari sel-sel parenkim yang tersusun
renggang dan banyak ruang antarsel. Pada kebanyakan daun Dikotil, mesofil
terdiferensiasi menjadi parenkim palisade (jaringan tiang) dan parenkim spons
(jaringan bunga karang). Sel-sel palisade bentuknya memanjang, mengandung
banyak kloroplas, dan tersusun rapat. Parenkim spons bentuknya tidak teratur,
bercabang, mengandung lebih sedikit kloroplas, dan tersusun renggang.
3) Berkas Pengangkut Daun
Berkas pengangkut terdapat pada tulang daun yang
berfungsi sebagai alat transpor dan sebagai penguat daun.
4) Jaringan Tambahan Daun
Jaringan tambahan meliputi sel-sel khusus yang umumnya
terdapat pada mesofil daun, misalnya sel-sel kristal dan kelenjar.
Sekarang kita akan mempelajari perbedaan struktur
jaringan penyusun daun Monokotil dan Dikotil tersebut dengan lebih rinci.
1) Struktur Jaringan Penyusun Daun Dikotil
Bentuk daun Dikotil bermacam-macam, bertangkai daun,
dan urat daunnya menyirip atau menjari. Struktur daun Dikotil dapat Anda amati
pada Gambar 4.
Gambar 4.
Struktur jaringan daun dan urat daun tumbuhan Dikotil
Struktur jaringan daun dan urat daun tumbuhan Dikotil
Adapun macam jaringan daun Dikotil, letak, fungsi, dan ciri-ciri dijelaskan dalam Tabel 1 berikut:
Tabel 1. Jaringan Penyusun Daun Dikotil Beserta Letak,
Fungsi, dan Ciri-Cirinya
No
|
Jaringan
|
Letak
|
Fungsi
|
Ciri - Ciri
|
a)
|
Epidermis
|
Menyusun lapisan permukaan
atas dan bawah daun. |
– Melindungi lapisan sel di
bagian dalam dari kekeringan. – Menjaga bentuk daun agar tetap. |
Terdiri
dari satu lapis sel kecuali
tanaman Ficus (tanaman karet). |
b)
|
Kutikula
|
Melapisi permukaan
atas dan bawah daun. |
Zat kutin pada kutikula
mencegah penguapan air melalui permukaan daun. |
Penebalan
dari zat kutin.
|
c)
|
Stomata |
Melapisi permukaan
atas dan bawah daun |
– Sebagai jalan masuk dan
keluarnya udara. – Sel penjaga sebagai pengatur membuka dan menutupnya stomata. |
Mulut daun
pada epidermis
dengan dua sel penutup |
d)
|
Rambut dan
kelenjar |
Permukaan atas dan
bawah daun. |
Alat pengeluaran.
|
Alat
tambahan pada epidermis
|
e)
|
Mesofil
|
Di antara lapisan epidermis
atas dan bawah. |
Tempat berlangsungnya
fotosintesis. |
– Terdiri
dari sel parenkim,
banyak ruang antarsel. – Kebanyakan berdiferensiasi
menjadi
palisade (jaringan
tiang) dan
spons (jaringan
bunga karang). – Sel-sel jaringan tiang berbentuk silinder, tersusun rapat, dan mengandung klorofil. – Sel-sel jaringan bunga karang bentuknya tidak teratur, bercabang- cabang dan berisi kloroplas, susunannya renggang. |
f)
|
Urat daun
|
Pada helai daun.
|
Transportasi zat.
|
Menyirip
atau menjari.
|
2) Struktur Jaringan Penyusun Daun Monokotil
Daun Monokotil berbentuk seperti pita dan pada
pangkalnya terdapat lembaran yang membungkus batang, serta urat daunnya
sejajar. Struktur daun Monokotil dapat Anda amati pada Gambar 5.
Gambar 5. Struktur jaringan daun dan urat daun
Monokotil
Adapun macam, letak, fungsi, dan ciri-ciri jaringan
penyusun daun Monokotil, dijelaskan dalam Tabel 2. berikut.
Tabel 2. Jaringan Penyusun Daun Monokotil Beserta
Letak, Fungsi, dan Ciri-Cirinya
No
|
Jaringan
|
Letak
|
Fungsi
|
Ciri - Ciri
|
a)
|
Epidermis
dan kutikula |
Lapisan permukaan atas
dan bawah daun. |
– Melindungi lapisan sel di
bagian dalam dari kekeringan. – Mencegah penguapan air melalui permukaan daun. |
Terdiri
dari satu sel dengan penebalan
dari zat kutin. |
b)
|
Stomata
|
Berderet di antara urat
daun. |
Sebagai jalan masuk dan
keluarnya udara. |
Mulut daun
dengan dua sel penutup.
|
c)
|
Mesofil
|
Pada cekungan di
antara urat daun. |
Membuat zat makanan melalui
fotosintesis. |
Tidak
mengalami diferensiasi, bentuknya
seragam kecuali mesofil berkas pengangkut lebih besar, kloroplasnya lebih sedikit, dindingnya lebih tebal. |
d)
|
Urat daun
|
Pada helai daun.
|
Transportasi zat.
|
Sejajar.
|
2. Bahan hewani
Berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna
yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.
3. Bahan mineral
Berupa mineral yang belum diolah atau telah diolah
dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni.
Sumber
Simplisia
1. Tumbuhan liar
- Kerugian: a. umur dan bagian tanaman
b. jenis (species)
c. lingkungan tempat tumbuh
- Keuntungan : ekonomis
2. Tanaman budidaya (tumpangsari, perkebunan)
- Keuntungan :
a. bibit unggul
b. pengolahan
pascapanen
c. tempat tumbuh
- Kerugian : a.
tanaman manja
b. residu
pestisida
Syarat
simplisia hewani/nabati
1. Harus
bebas serangga, fragmen hewan, kotoran hewan
2. Tidak boleh menyimpang dari bau, warna
3. Tidak boleh mengandung lendir, cendawan, menun jukkan
tanda-tanda pengotoran lain
4. Tidak boleh mengandung bahan lain yang beracun atau
berbahaya
5. Kadar abu yang tidak larut dalam asam maksimal 2%
Pelikan : Harus bebas dari pengotoran tanah, batu,
hewan, fragmen hewan dan bahan asing lainnya.
2.2.2. CARA
PEMBUATAN SIMPLISIA
Pembuatan simplisia secara umum dapat menggunakan cara-cara
sebagai berikut:
1.
Pengeringan
2.
Fermentasi
3.
Proses
khusus (penyulingan, pengentalan eksudat dll)
4.
Dengan
bantuan air (misalnya pada pembuatan pati)
Adapun tahapan – tahapan pembuatan
simplisia secara garis besar adalah:
1. Pengumpulan bahan baku
Kadar senyawa aktif dalam suatu
simplisia berbeda-beda antara lain tergantung pada:
-
Bagian
tanaman yang digunakan
-
Umur
tanaman atau bagian tanaman pada saat panen
-
Waktu
panen
- Lingkungan tempat tumbuh
2. Sortasi basah
Sortasi
basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya
dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar suatu
tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun,
akar yang telah rusak serta pengotor-pengotor lainnya harus dibuang
3. Pencucian
Pencucian
dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya yang
melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih yang
mengali
4. Perajangan
Beberapa
jenis bahna simplisia tertentu ada yang memerlukan proses perajangan.
Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan,
pengepakan dan penggilingan.
5. Pengeringan
Tujuan
pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga
dapat disimpan dalam waktu lama
6. Sortasi kering
Tujuan
sortasi untuk memisahkan benda-benda asing dan pengotor-pengotor lain yang
masih ada dan tertinggal pada simplisia kering.
7. Pengepakan dan penyimpanan
Simplisia
dapat rusak, mundur atau berubah mutunya karena faktor luar dan dalam, antara
lain cahaya, oksigen, reaksi kimia intern, dehidrasi, penyerapan air,
pengotoran, serangga dan kapang
2.2.3. PERSYARATAN
SIMPLISIA
Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif,
keamanan maupun kegunaannya, maka simplisia harus memenuhi persyaratan minimal,
dan untuk dapat memenuhi syarat minimal itu, ada beberapa faktor yang
berpengaruh, antara lain adalah:
1. Bahan baku simplisia
2. Proses pembuatan simplisia termasuk
cara penyimpanan bahan baku simplisia
3. Cara pengepakan dan penyimpanan
simplisia
2.2.4. SYARAT
MUTU SIMPLISIA
Simplisia merupakan bahan obat, ada
dosis dan ada aturan pakai. Karena itu
simplisia harus standart yang artinya, mutunya harus memenuhi ketentuan,
mutunya tidak boleh berubah ubah, jika mutunya berubah ubah maka khasiatnya
juga ikut berubah ubah.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan mutu simplisia adalah:
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan mutu simplisia adalah:
1. Makroskopik simplisia
2. Mikroskopik serbuk simplisia
3. Kadar abu total
4. Kadar abu yang tidak larut dalam
asam
5. Kadar sari yang tidak larut dalam
air
6. Kadar sari yang tidak larut dalam
etanol
7. Kadar air
8. Kandungan mikroba
9. Kadar zat asing
10. Kadar logam berat
Ø Makroskopik Simplisia
Untuk memastikan bahwa simplisia
yang dipakai adalah benar dan tidak dipalsukan, yang diamati disini adalah:
a. Bentuk atau rupa
b. Warna
c. Bau
d. Ukuran (panjang, lebar, dan tebal)
e. Rasa
Ø Pengamatan Mikroskopik serbuk
Simplisia
Bertujuan untuk memastikan kebenaran
simplisia dengan mengamati ciri-ciri mikroskopiknya dengan pemeriksaan di bawah
mikroskop. Yang diamati disini adalah:
a. Bentuk sel-sel epidermis
b. Tipe stomata
c. Bentuk rambut-rambut
d. Bentuk kristal kalsium oxalat
Dengan melihat ciri-ciri mikroskopik
simplisia dapat diketahui benar tidaknya sebuah simplisia.
BAB III
METODOLOGI
PENELITIAN
3.1.
ALAT-ALAT
YANG DIGUNAKAN
o
Mikroskop
o
Objek gelas
o
Pinset
o
Pisau inggris
o
Serbet
o
Pipet kecil (pipet mata)
o
Buku gambar
o
Pengahapus
o
Pensil
o
Deck gelas
3.2.
BAHAN-BAHAN
YANG DIGUNAKAN
o
Daun nerium segar
o
Simplisia dari daun nerium
o
Serbuk dari daun nerium
3.3.
PEREAKSI
YANG DIGUNAKAN
o
Kloralhidrat
o
Aquadest
3.4.
PEMBUATAN
REAGENSIA
o
Pembuatan larutan kloralhidrat 71% b/b
Timbang 50 gram kristal
kloralhidrat dilarutkan dalam 20 ml aquadest
3.5.
PROSEDUR
KERJA
3.5.1.
Pemeriksaan
Makroskopik Simplisia Daun
Aspek-aspek yang
diperiksa makroskopisnya:
a. Rupa
daun
b. Bentuk
daun
c. Bau
daun
d. Warna
daun
3.5.2.
Pemeriksaan
Mikroskopik Serbuk Simplisia
Pemeriksaan mikroskopis
serbuk simplisia dilakukan dengan cara sbb:
·
Serbuk simplisia ditaburkan diatas kaca
objek, lalu ditetesi 2-4 kloralhidrat.
·
Preparat diamati dibawah mikroskop dan
digambarkan dibuku gambar , ciri khas fragmen dan digambarkan jika ada.
Melihat
bagian yang khas dari serbuk simplisia yang dapat dijadikan alat identifikasi
dari simplisia yang ada.
·
Bentuk sel epidermis
·
Bentuk dan tipe rambut-rambut prinsip
(trichomats)
·
Bentuk dan tipe stomata
·
Bentuk kristal Kalsium Oksalat
·
Bentuk idioblast (jika ada)
·
Bentuk sel batu (jika ada)
3.5.3.
Pemeriksaan
mikroskopis daun segar
a). Pemeriksaan membujur daun segar
o
Daun segar diiris membujur sehingga
diperoleh irisan membujur epidermis atas dan irisan membujur epidermis bawah.
o
Irisan membujur diletakkan diatas kaca
objek, ditetesi 2 tetes larutan kloralhidrat.
o
Preparat diambil dibawah mikroskop dan
anatomisnya digambar di buku gambar.
b). Pemeriksaan melintang daun segar
o
Daun diiris secara membujur sehingga
diperoleh irisan yang baik dari daun segar tersebut.
o
Irisan melintang diletakkan diatas kaca
objek, ditetesi 2-4 tetes larutan kloralhidrat.
o
Preparat diamati di bawah mikroskop dan
anatomisnya di gambar di buku gambar.
3.5.4.
Pemeriksaan
mikroskopis simplisia daun
Pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia
daun
o
Serbuk rhizoma kering ditaburkan di atas
kaca objek, lalu ditetesi 2-4 kloralhidrat.
o
Preparat diamati di bawah mikroskop dan
digambarkan di buku gambar, ciri khas fragmen dan digambarkan jika ada.
DAFTAR
PUSTAKA
Ratnasari, Juwita, SP.,
dan Krisantini, Ir., Galeri Tanaman Hias Bunga (Jakarta: Penebar Swadaya, 2007).
Mul, Ir., Mulyani
Sutedjo, Tanaman Berkhasiat Obat (Jakarta: Rineka Cipta, 2004).
Pengertian Simplisia. www.google.com
.
Syarat Mutu
Simplisia. www.google.com.