Sabtu, 26 Januari 2013

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS DAN MAKROSKOPIS PADA DAUN SIMPLISIA NERIUM OLEANDER


KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang  Maha Esa atas berkat dan kuasa-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini dengan judul Pemeriksaan Makroskopik dan Mikroskopik daripada Simplisia Daun Nerium (Nerium oleander)  yang Terdapat di Jalan Bakti Luhur Medan, yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Diploma Analis Farmasi dan Makanan (AKAFARMA) Sari Mutiara Medan.
            Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyajian Proposal ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi susunan maupun bahasa dan isi yang terkandung didalamnya. Hal ini disebabkan keterbatasan penulis dalam hal kemampuan. Oleh karena itu penulis harapkan saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun untuk kesempurnaan penulisan Proposal ini.
            Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.      Bapak Drs. W. Purba, selaku ketua Yayasan Sari Mutiara Medan.
2.      Ibu Dra. Ganda M. Simorangkir, Apt, selaku Direktur AKAFARMA Sari Mutiara Medan.
3.      Bapak Dr. M.P. Nasution, MPS, Apt, selaku pembimbing yang telah banyak memberikan arahan serta masukan dalam menulis Proposal ini. 
4.      Ibu Dra. Fanny Lumban Tobing serta staff dan pegawai yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan Proposal ini.
5.      Bapak dan Ibu dosen Akademi Analisa Makanan dan Minuman (AKAFARMA) Yayasan Sari Mutiara Medan, yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menuntut ilmu diperguruan ini.
6.      Kedua orang tua tercinta, Bapak H.Pangaribuan dan Ibu R.sianipar yang telah memberikan dorongan , semangat, material, serta doa yang tulus kepada penulis selama menyusun Proposal ini.
7.      Abang, Kakak dan  adek saya yang tercinta yang memberikan  semangat dan doa terhadap penulis.
8.      Rekan-rekan Mahasiswa/I AKAFARMA Sari Mutiara Medan, yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan Proposal.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyusun Proposal ini. Semoga Tuhan selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita.


Medan,  Desember 2012



Penulis
Lisnaida Pangaribuan





BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan salah satu penghasil tanaman obat yang potensial dengan  keanekaragaman yang dimilikinya. Keanekaragaman hayati Indonesia menempati urutan ketiga setelah Brazil dan Zaire. Bila dilihat dari keanekaragaman floranya, cukup banyak jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Beragam jenis senyawa kimia yang terkandung dalam tumbuhan akan berhubungan dengan khasiat dan manfaat yang dimilikinya.
Upaya pencarian tumbuhan berkhasiat obat telah lama dilakukan, baik untuk senyawa baru maupun menambah keanekaragaman senyawa yang telah ada. Pencarian tersebut dilakukan dengan berbagai pendekatan seperti cara Empiris, Etnobotani, Etnofatmakologi. Hasil pencarian dan penelitian tersebut kemudian dilanjutkan dengan upaya pengisolasian senyawa murni dan pembuatannya turunannya sebagai bahan dasar obat modern atau pembuatan ekstrak untuk obat fitofarmaka.
Pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan berkhasiat obat merupakan warisan  nenek moyang sejak dahulu kala. Tumbuhan obat digunakan dalam waktu  kurun waktu yang cukup lama hampir di seluruh dunia. Di Indonesia obat tradisional yang berasal dari tumbuhan berupa simplisia dan jamu yang dimanfaatkan sebagai obat untuk menjaga kesehatan dan kecantikan.
Obat-obatan yang berasal dari tumbuhan (fitomodren) dinyatakan berkhasiat baik apabila mempunyai :
1.      Mempunyai bukti farmakologis
a.       Mempunyai bukti kemujaraban khasiat (effcacy)
b.      Mempunyai bukti keamanan dari sifat toksik (safety)
2.      Adanya informasi kandungan kimia yang mengandung khasiat farmakologisnya
3.      Bahan baku obatnya terstandart atau baku (standarized)
            Standarisasi (pembakuan) bahan baku diperlukan untuk pengawasan mutu bahan baku yang tidak standart misalnya dapat mengandung zat kimia yang bervariasi, kadar abu yang berbeda-beda, kadar air yang berbeda-beda, dan lain-lain. Sehingga efek farmakologis yang tidak konsisten.
            Oleh karena itu penulis ingin meneliti bagaimana struktur dari tumbuhan berkhasiat obat secara mikroskopik sebagai salah satu parameterpengujian mutu simplisia yang harus dipenuhi. Dalam rangka pengawasan mutu tersebut pemeriksaan mikroskopik berguna sebagai alat identifikasi untuk memastikan kebenaran keberadaan simplisia yang terdapat dalam suatu sediian obat fitomedisin dan mencegah terjadinya pemalsuan.
            Dalam hal ini penulis meneliti tumbuhan berkhasiat obat yaitu Nerium Oleander, karena tumbuhan ini sering digunakan orang sebagai bahan obat.

1.2. PERUMUSAN MASALAH
            Dalam hal ini masalah yang timbul adalah bagaimana pengawaan  mutu dilaksanakan, khususnya mengenai kebenaran simplisia melalui pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik.
.
1.3. BATASAN MASALAH
            Dari berbagai macam tumbuhan berkhasiat obat yang diperiksa secara
makroskopis dan mikroskopis pada penelitian ini dibatasi hanya satu  tanaman sa ja yang diperiksa, yaitu nerium (Nerium oleander) dan yang diperiksa hanya daunnya saja.
1.4. TUJUAN PENELITIAN
            Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk:
1.      Mengetahui karakteristik simplisia daun tanaman nerium melalui pemeriksaan makroskopis.
2.      Untuk mengetahui ciri-ciri serbuk simplisia daun nerium (Nerium oleander) melalui pemeriksaan mikroskopis
1.5. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan , dapat bermanfaat bagi masyarakat luas dan instansi yang berwenang, dan bagi analis dapat menambah wawasan dan pengetahuan  terhadap pekerjaan pemeriksaan daun tersebut, sebagai sumber pengatahuan atau informasi tambahan tentang daun nerium oleander yang diperiksa secara  makroskopik dan mikroskopik.

1.6.  METODOLOGI  PENELITIAN
1.      Melakukan peninjauan lapangan dan pengambilan sampel secara acak di sekitar jalan Bakti Luhur  Medan.
2.      Melakukan penelusuran pustaka tentang pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik di perpustakaan Sari Mutiara Medan.



1.7. LOKASI PENELITIAN
            Penulis melakukan penelitian di Laboratorium Sari mutiara Medan
secara makroskopis dan mikroskopis.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. TUMBUHAN



2.1.1.  NERIUM  OLEANDER
Tumbuhan yang diperiksa adalah Nerium Oleander, suatu semak belukar pohon yang selalu hijau atau pohon kecil dalam keluaga Aphocynaceae. Bunga ini merupakan bunga asli dari Afrika Utara, Asia bagian Utara dan Mediterania Timur. Tumbuhan jenis renek ini biasanya ditanam sebagai pokok hiasan. Tingginya mencapai 3-7 meter .
Oleander adalah salah satu jenis tanaman yang beracun dan dapat menyebabkan kematian terutama pada anak kecil. Yang toksin adalah oleandrin dan neriine, berhubungan dengan jantung glycosides (Goetz 1998). Keseluruhan yang mencakup getah putih seperti susu  adalah beracun.
Reaksinya adalah sebagai berikut, proses pencernaan dapat menyebabkan gastrointestinal dan berefek pada jantung. Gastrointestinal dapat menyebabkan kemuakan dan muntah, kelebihan salivation, sakit abdominal, diare yang berisi darah, dan terutama sakit perut . Reaksi yang berhubungan dengan jantung tidak beraturan. Kadang-kadang denyut jantung cepat lalu melambat di bawah normal. Ekstrimitas menjadi dingin dan pucat sehingga peredaan darah tidak teratur. Reaksi ini juga mempengaruhi sistem saraf. Gejala ini meliputi keadaan mengantuk , gemetaran atau goncangan otot , yang dapat mendorong kearah kematian. Getah bunga Oleander dapat menyebabkan iritasi kulit, iritasi pada mata, dan reaksi alergi yang dapat ditandai oleh infeksi kulit (Goetz 1998).

2.1.2.      KLASIFIKASI DAN TAKSONOMI
Kingdom : Plantae
Division   : Magnoliophyta
Class        : Magnoliopsida
Order       : Gentianales
Family     : Apocynaceae
Genus      : Nerium L
Species    : Nerium oleander
           
2.1.3.      HABITUS DAN TEMPAT TUMBUH
Habitus : perdu tegak
Nerium Oleander tumbuh di alam liar di sekitar Mediterania, biasanya terdapat pada sumber-sumber air, dan tempat yang lembap, biasanya dikembangbiakkan di temperatur yang hangat dan  pada daerah-daerah subtropis, dimana biasanya tumbuh di taman, di kebun dan di sepanjang jalan. Selain itu Nerium Oleander tidak tahan pada temperatur yang sangat dingin dan Nerium Oleander bisa saja tumbuh pada tempat konsevatorium.

2.1.4.       NAMA LATIN DAN SINONIM
Nama latin : Nerium Oleander
Nama lain  : Rose-bay, nerium indicum, nerium odorum, Oleander, Laurier rose
  2.1.5.    NAMA  INDONESIA DAN NAMA DAERAH
Nama Indonesia : Oleander
Nama Melayu      : Anis, Padendang 
2.1.6.      MORFOLOGI
o   Daun
Dun keras dan tajam selebar 2 cm. Daun pokok ini tersusun dari pusaran tiga, apabila termakan dapat menyebabkan kematian. Daunnya berpasangan, berwarna hijau gelap, dengan panjang 5-21 cm dan lebar 1-3,5 cm dengan suatu keseluruhan garis tepi. Bentuk daun ini panjangnya berkisar antara 4-10 (10,2-25,4 cm), tergantung pada variasi dan berwarna hijau terang.

                        Daun
                        Pengaturan Daun : berlawan arah
                        Jenis Daun            : sederhana
                        Garis tepi Daun   : bertepi rata
                        Bentuk Daun       : seperti garis
                        Daun Venation    : berdaun muda pada tangkai
                        Warna Daun        : hijau musim gugur tidak merubah warna daun
                                               
o   Bunga
Bunga berwarna putih atau kelabu, merah keunguan atau kuning kemerahan. Mempunyai diameter 2.5-5 cm. Bunga berkembang dalam seikat ujung cabang masing-masing yang mengelilingi suatu mahkota.

o   Buah
Buah berbentuk kapsul sempit dengan panjang 5-23 cm yang merobek pada saat dewasa untuk melepaskan banyak benih halus
                       
Buah
                        Bentuk buah          : memanjang
                        Panjang buah         : 3-6 inci
                        Kulit Buah               : keras atau kering
                        Karakteristik Buah : kasat mata tidak ada tanda khusus
o   Batang dan Cabang
Cabang : secara rutin tumbuh dengan tegak lurus dan tidak ada layu; tidak terlalu terlihat pohon tumbuh dengan batang tunggal; tidak berduri.
Kebutuhan pembabatan : membutuhkan pembabatan agar struktur dapat berkembang
Kerusakan : peka terhadap kerusakan bagian manapun di cabang pohon dalam kaitan dengan formasi kayu, atau kemungkinan kayu itu sendiri telah lemah dan rusak.
Warna ranting : hijau
Ketebalan ranting : tebal
                       
                       
2.1.7.      KANDUNGAN SENYAWA KIMIA DAUN NERIUM
Triterpen, glikosida jantung, oleanderol, asam kanerat, kanerin

2.1.8.       KHASIAT DAN KEGUNAAN
Getah pohon Nerium oleander berkhasiat sebagai obat borok. Untuk obat borok dipakai getah pohon Nerium Oleander secukupnya, dioleskan pada luka.
Daun Oleander dapat digunakan sebagai obat jantung dalam dosis kecil, diuretika, antiskabies, mengobati herpes, anti bakteri, anti jamur, ekspektoran.


2.2.      SIMPLISIA
2.2.1.      PENGERTIAN SIMPLISIA          
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan
Bahan alamiah
  1. Bahan nabati, flora, tumbuhan.
  2. Bahan hewan, fauna.
  3. Bahan mineral.

1. Bahan nabati
Berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat
eksudat, isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanaman.
Berikut nama-nama latin dari bagian tanaman yang digunakan dalam tatanama simplisia
Nama Latin
Bagian Tanaman
Semen
Biji
Radix
Akar
Rhizoma
Rimpang
Bulbus
Umbi lapis
Tubera
Ubi
Flos
Bunga
Fructus
Buah
Lignum
Kayu
Cortex
Kulit kayu
Caulis
Batang
Folia
Daun
Herba
Seluruh bagian tanaman
Amylum
Pati
Thallus
Bagian dari tanaman rendah

Daun

Daun merupakan bagian tubuh tumbuhan yang paling banyak mengandung klorofil sehingga kegiatan fotosintesis paling banyak berlangsung di daun.
Daun memiliki bentuk dan ukuran tertentu sehingga dapat melakukan tugas penting, membuat makanan seefisien mungkin. Tumbuhan yang tumbuh di tempat gelap dan teduh memiliki daun yang lebar agar dapat menangkap sinar matahari sebanyak mungkin. Di daerah yang banyak hujan, daun sering memiliki lapisan yang mengkilat dan tahan air. Beberapa daun memiliki duri untuk melindungi diri, sementara daun lainnya tebal dan kuat untuk bertahan di udara dingin.



1. Fungsi Daun
Secara umum fungsi daun sebagai berikut.
1) Membuat makanan melalui proses fotosintesis.
2) Sebagai tempat pengeluaran air melalui transpirasi dan gutasi.
3) Menyerap CO 2 dari udara.
4) Respirasi.

2. Struktur Jaringan Penyusun daun
Daun berbentuk pipih melebar dan berwarna hijau. Daun ditopang oleh tangkai daun. Tangkai daun berhubungan dengan tulang daun. Tulang daun bercabang-cabang membentuk jaring jaring pembuluh angkut. Struktur daun dibedakan atas struktur luar dan struktur dalam.

a) Struktur Jaringan luar Daun
Secara morfologi daun terdiri dari:
– Helaian daun ( lamina ).
– Tangkai daun ( petiolus ), terdapat bagian yang menempel pada batang disebut pangkal tangkai daun. Ada tumbuhan tertentu yang daunnya tidak bertangkai daun, misalnya rumput.
– Pelepah daun ( folius ), pada tumbuhan monokotil pangkal daun pipih dan lebar serta membungkus batangnya. Misalnya: pelepah daun pisang dan pelepah daun talas.

Gambar 1. Struktur luar daun.

Daun yang memiliki ketiga bagian tersebut disebut daun sempurna, misalnya daun pisang dan daun talas. Daun yang tidak memiliki satu atau lebih bagian daun disebut daun tidak sempurna, misalnya daun mangga dan daun jambu.

Pada lembaran permukaaan daun terdapat tulang atau urat daun. Tipe tulang daun ada empat macam, yaitu:
– menyirip, misalnya pada daun mangga,
– menjari, misalnya pada daun pepaya,
– melengkung, misalnya pada daun gadung,
– sejajar, misalnya pada daun jagung,

Tumbuhan dikotil umumnya memiliki daun dengan susunan tulang daun menyirip dan menjari. Sedangkan tumbuhan monokotil memiliki daun dengan susunan tulang daun sejajar atau melengkung.

b) Struktur Jaringan dalam Daun

1) Epidermis Daun
Epidermis berupa satu lapis sel yang dindingnya mengalami penebalan dari zat kutin (kutikula) atau kadang dari lignin. Pada epidermis terdapat stomata (mulut daun) yang diapit oleh dua sel penutup. Stomata ada yang terletak di permukaan atas saja, misalnya pada tumbuhan yang daunnya terapung (pada daun teratai), ada yang di permukaan bawah saja, dan ada pula yang terdapat di kedua permukaan daun (atas dan bawah). Tanaman Ficus mempunyai epidermis yang tersusun atas dua lapis sel. Alat-alat tambahan yang terdapat di antara epidemis daun, antara lain trikoma (rambut) dan sel kipas. Bentuk epidermis dan stomata dapat Anda amati pada Gambar 2. dan 3.

Gambar 2. Epidermis dengan stomata

Gambar 3.
Penampang melintang stomata



2) Mesofil Daun (Jaringan dasar)
Mesofil terdiri dari sel-sel parenkim yang tersusun renggang dan banyak ruang antarsel. Pada kebanyakan daun Dikotil, mesofil terdiferensiasi menjadi parenkim palisade (jaringan tiang) dan parenkim spons (jaringan bunga karang). Sel-sel palisade bentuknya memanjang, mengandung banyak kloroplas, dan tersusun rapat. Parenkim spons bentuknya tidak teratur, bercabang, mengandung lebih sedikit kloroplas, dan tersusun renggang.

3) Berkas Pengangkut Daun
Berkas pengangkut terdapat pada tulang daun yang berfungsi sebagai alat transpor dan sebagai penguat daun.

4) Jaringan Tambahan Daun
Jaringan tambahan meliputi sel-sel khusus yang umumnya terdapat pada mesofil daun, misalnya sel-sel kristal dan kelenjar.

Sekarang kita akan mempelajari perbedaan struktur jaringan penyusun daun Monokotil dan Dikotil tersebut dengan lebih rinci.

1) Struktur Jaringan Penyusun Daun Dikotil

Bentuk daun Dikotil bermacam-macam, bertangkai daun, dan urat daunnya menyirip atau menjari. Struktur daun Dikotil dapat Anda amati pada Gambar 4.

Gambar 4.
Struktur jaringan daun dan urat daun tumbuhan Dikotil



Adapun macam jaringan daun Dikotil, letak, fungsi, dan ciri-ciri dijelaskan dalam Tabel 1 berikut:
Tabel 1. Jaringan Penyusun Daun Dikotil Beserta Letak, Fungsi, dan Ciri-Cirinya
No
Jaringan
Letak
Fungsi
Ciri - Ciri
a)
Epidermis
Menyusun lapisan permukaan
atas dan bawah daun.
– Melindungi lapisan sel di
bagian dalam dari kekeringan.
– Menjaga bentuk daun agar
 tetap.
Terdiri dari satu lapis sel kecuali
tanaman Ficus (tanaman karet).
b)
Kutikula
Melapisi permukaan
atas dan bawah daun.
Zat kutin pada kutikula
mencegah penguapan air
melalui permukaan daun.
Penebalan dari zat kutin.
c)

Stomata
Melapisi permukaan
atas dan bawah daun
– Sebagai jalan masuk dan
keluarnya udara.
– Sel penjaga sebagai pengatur
membuka dan
menutupnya stomata.
Mulut daun pada epidermis
dengan dua sel penutup
d)
Rambut dan
kelenjar
Permukaan atas dan
bawah daun.
Alat pengeluaran.
Alat tambahan pada epidermis
e)
Mesofil
Di antara lapisan epidermis
atas dan
bawah.
Tempat berlangsungnya
fotosintesis.
– Terdiri dari sel parenkim,
banyak ruang antarsel.
– Kebanyakan berdiferensiasi
menjadi palisade (jaringan
tiang) dan spons (jaringan
bunga karang).
– Sel-sel jaringan tiang berbentuk
silinder, tersusun rapat,
dan mengandung klorofil.
– Sel-sel jaringan bunga karang
bentuknya tidak teratur, bercabang-
cabang dan berisi
kloroplas, susunannya renggang.
f)
Urat daun
Pada helai daun.
Transportasi zat.
Menyirip atau menjari.



2) Struktur Jaringan Penyusun Daun Monokotil
Daun Monokotil berbentuk seperti pita dan pada pangkalnya terdapat lembaran yang membungkus batang, serta urat daunnya sejajar. Struktur daun Monokotil dapat Anda amati pada Gambar 5.



Gambar 5. Struktur jaringan daun dan urat daun Monokotil


Adapun macam, letak, fungsi, dan ciri-ciri jaringan penyusun daun Monokotil, dijelaskan dalam Tabel 2. berikut.

Tabel 2. Jaringan Penyusun Daun Monokotil Beserta Letak, Fungsi, dan Ciri-Cirinya
No
Jaringan
Letak
Fungsi
Ciri - Ciri
a)
Epidermis
dan
kutikula
Lapisan permukaan atas
dan bawah daun.
– Melindungi lapisan sel di
bagian dalam dari kekeringan.
– Mencegah penguapan air
melalui permukaan daun.
Terdiri dari satu sel dengan penebalan
dari zat kutin.
b)
Stomata
Berderet di antara urat
daun.
Sebagai jalan masuk dan
keluarnya udara.
Mulut daun dengan dua sel penutup.
c)
Mesofil
Pada cekungan di
antara urat daun.
Membuat zat makanan melalui
fotosintesis.
Tidak mengalami diferensiasi, bentuknya
seragam kecuali mesofil berkas
pengangkut lebih besar, kloroplasnya
lebih sedikit, dindingnya lebih tebal.
d)
Urat daun
Pada helai daun.
Transportasi zat.
Sejajar.



2. Bahan hewani
Berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.

3. Bahan mineral
Berupa mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni.

Sumber Simplisia
1. Tumbuhan liar
   - Kerugian: a. umur dan bagian tanaman
                       b. jenis (species)
                       c. lingkungan tempat tumbuh
   - Keuntungan : ekonomis
2. Tanaman budidaya (tumpangsari, perkebunan)
 - Keuntungan : a. bibit unggul
                           b. pengolahan pascapanen
                           c. tempat tumbuh
 - Kerugian : a. tanaman manja
                      b. residu pestisida  

Syarat simplisia hewani/nabati
1. Harus bebas serangga, fragmen hewan, kotoran hewan
2. Tidak boleh menyimpang dari bau, warna
3. Tidak boleh mengandung lendir, cendawan, menun jukkan tanda-tanda pengotoran        lain
4. Tidak boleh mengandung bahan lain yang beracun atau berbahaya
5. Kadar abu yang tidak larut dalam asam maksimal 2%
Pelikan : Harus bebas dari pengotoran tanah, batu, hewan, fragmen hewan dan bahan asing lainnya.


2.2.2.      CARA PEMBUATAN SIMPLISIA
Pembuatan simplisia secara umum dapat menggunakan cara-cara sebagai berikut:
1.      Pengeringan
2.      Fermentasi
3.      Proses khusus (penyulingan, pengentalan eksudat dll)
4.      Dengan bantuan air (misalnya pada pembuatan pati)
Adapun tahapan – tahapan pembuatan simplisia secara garis besar adalah:
1. Pengumpulan bahan baku
Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain tergantung pada:
-          Bagian tanaman yang digunakan
-          Umur tanaman atau bagian tanaman pada saat panen
-          Waktu panen
-     Lingkungan tempat tumbuh
2. Sortasi basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak serta pengotor-pengotor lainnya harus dibuang
3.   Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya yang    melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih yang mengali
4. Perajangan
Beberapa jenis bahna simplisia tertentu ada yang memerlukan proses perajangan. Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan.
5. Pengeringan
Tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu lama
6. Sortasi kering
Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing dan pengotor-pengotor lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering.
7. Pengepakan dan penyimpanan
Simplisia dapat rusak, mundur atau berubah mutunya karena faktor luar dan dalam, antara lain cahaya, oksigen, reaksi kimia intern, dehidrasi, penyerapan air, pengotoran, serangga dan kapang

2.2.3.      PERSYARATAN SIMPLISIA
Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun kegunaannya, maka simplisia harus memenuhi persyaratan minimal, dan untuk dapat memenuhi syarat minimal itu, ada beberapa faktor yang berpengaruh, antara lain adalah:
1.      Bahan baku simplisia
2.      Proses pembuatan simplisia termasuk cara penyimpanan bahan baku simplisia
3.      Cara pengepakan dan penyimpanan simplisia
2.2.4.      SYARAT MUTU SIMPLISIA
Simplisia merupakan bahan obat, ada dosis dan ada aturan  pakai. Karena itu simplisia harus standart yang artinya, mutunya harus memenuhi ketentuan, mutunya tidak boleh berubah ubah, jika mutunya berubah ubah maka khasiatnya juga ikut berubah ubah.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan mutu simplisia adalah:
1.      Makroskopik simplisia
2.      Mikroskopik serbuk simplisia
3.      Kadar abu total
4.      Kadar abu yang tidak larut dalam asam
5.      Kadar sari yang tidak larut dalam air
6.      Kadar sari yang tidak larut dalam etanol
7.      Kadar air
8.      Kandungan mikroba
9.      Kadar zat asing
10.  Kadar logam berat
Ø  Makroskopik Simplisia
Untuk memastikan bahwa simplisia yang dipakai adalah benar dan tidak dipalsukan, yang diamati disini adalah:
a.       Bentuk atau rupa
b.      Warna
c.       Bau
d.      Ukuran (panjang, lebar, dan tebal)
e.       Rasa
Ø  Pengamatan Mikroskopik serbuk Simplisia
Bertujuan untuk memastikan kebenaran simplisia dengan mengamati ciri-ciri mikroskopiknya dengan pemeriksaan di bawah mikroskop. Yang diamati disini adalah:
a.       Bentuk sel-sel epidermis
b.      Tipe stomata
c.       Bentuk rambut-rambut
d.      Bentuk kristal kalsium oxalat
Dengan melihat ciri-ciri mikroskopik simplisia dapat diketahui benar tidaknya sebuah simplisia.









                                                                       BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1.            ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN
o   Mikroskop
o   Objek gelas
o   Pinset
o   Pisau inggris
o   Serbet
o   Pipet kecil (pipet mata)
o   Buku gambar
o   Pengahapus
o   Pensil
o   Deck gelas


3.2.            BAHAN-BAHAN YANG DIGUNAKAN
o   Daun nerium segar
o   Simplisia dari daun nerium
o   Serbuk dari daun nerium

3.3.            PEREAKSI YANG DIGUNAKAN
o   Kloralhidrat
o   Aquadest

3.4.            PEMBUATAN REAGENSIA
o   Pembuatan larutan kloralhidrat 71% b/b
Timbang 50 gram kristal kloralhidrat dilarutkan dalam 20 ml aquadest

3.5.            PROSEDUR KERJA
3.5.1.      Pemeriksaan Makroskopik Simplisia Daun
Aspek-aspek yang diperiksa makroskopisnya:
a.       Rupa daun
b.      Bentuk daun
c.       Bau daun
d.      Warna daun









3.5.2.      Pemeriksaan Mikroskopik Serbuk Simplisia
Pemeriksaan mikroskopis serbuk simplisia dilakukan dengan cara sbb:
·         Serbuk simplisia ditaburkan diatas kaca objek, lalu ditetesi 2-4 kloralhidrat.
·         Preparat diamati dibawah mikroskop dan digambarkan dibuku gambar , ciri khas fragmen dan digambarkan jika ada.
Melihat bagian yang khas dari serbuk simplisia yang dapat dijadikan alat identifikasi dari simplisia yang ada.
·         Bentuk sel epidermis
·         Bentuk dan tipe rambut-rambut prinsip (trichomats)
·         Bentuk dan tipe stomata
·         Bentuk kristal Kalsium Oksalat
·         Bentuk idioblast (jika ada)
·         Bentuk sel batu (jika ada)

3.5.3.      Pemeriksaan mikroskopis daun segar
a). Pemeriksaan membujur daun segar
o   Daun segar diiris membujur sehingga diperoleh irisan membujur epidermis atas dan irisan membujur epidermis bawah.
o   Irisan membujur diletakkan diatas kaca objek, ditetesi 2 tetes larutan kloralhidrat.
o   Preparat diambil dibawah mikroskop dan anatomisnya digambar di buku gambar.



b).  Pemeriksaan melintang daun segar
o   Daun diiris secara membujur sehingga diperoleh irisan yang baik dari daun segar tersebut.
o   Irisan melintang diletakkan diatas kaca objek, ditetesi 2-4 tetes larutan kloralhidrat.
o   Preparat diamati di bawah mikroskop dan anatomisnya di gambar di buku gambar.

3.5.4.      Pemeriksaan mikroskopis  simplisia daun
      Pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia daun
o   Serbuk rhizoma kering ditaburkan di atas kaca objek, lalu ditetesi 2-4 kloralhidrat.
o   Preparat diamati di bawah mikroskop dan digambarkan di buku gambar, ciri khas fragmen dan digambarkan jika ada.







DAFTAR PUSTAKA
Ratnasari, Juwita, SP., dan Krisantini, Ir., Galeri Tanaman Hias Bunga (Jakarta: Penebar  Swadaya, 2007).
Mul, Ir., Mulyani Sutedjo, Tanaman Berkhasiat Obat (Jakarta: Rineka Cipta, 2004).
Pengertian Simplisia. www.google.com .
Syarat  Mutu  Simplisia. www.google.com.













1 komentar:

  1. The Eight-Wheel Classic - TITIAN Arts
    The wooricasinos.info eight-wheel classic bicycle is available in six sizes. The Bicycle Wheel is a classic titanium flat iron bicycle apr casino made in USA, but there are 도레미시디 출장샵 three variations in

    BalasHapus